Selasa, 18 Juni 2013

Bencana Banjir Bojonegoro dan Sampang, BBTKLPP Surabaya Terjunkan Tim



Penanganan Bencana
 

Awal April 2013, beberapa daerah di Jawa Timur diterjang banjir. Bencana tersebut tergolong besar karena merenggut  nyawa penduduk dan luasnya daerah yang tergenang. Di Sampang tercatat 5 orang tewas dan 2 luka-luka. Sedangkan di Bojonegoro, banjir menggenangi 15 kecamatan di bantaran Bengawan Solo dan mengambil 4 nyawa. Tim berangkat ke lokasi tanggal 10 – 11 April 2013. Di lapangan dilakukan identifikasi faktor risiko kejadian gangguan kesehatan akibat banjir. Diantaranya dengan melakukan pengamatan kondisi sanitasi lingkungan di pengungsian dan keadaan pemukiman warga, kondisi sumur warga, identifikasi penyakit yang muncul pasca banjir, dan pemberian bantuan logistik.


Luapan Sungai Kemoning mulai menggenangi Sampang Senin, 8 April  2013. Banjir setinggi pinggang orang dewasa menggenangi  16 desa/kelurahan dan mengakibatkan 7 korban, dimana 5 tewas dan 2 lainnya luka-luka. Banjir juga melumpuhkan akses utama Sampang - Pamekasan. Banjir merupakan siklus tahunan yang terjadi setiap  11 tahun sekali. Namun banjir kali ini dinilai sebagai banjir terparah.
Berdasarkan data dari Polindes dan Puskesmas Kemoning dan Banyuanyar, penyakit akibat banjir yang muncul diantaranya penyakit kulit dan diare. Dua penyakit  tersebut berpotensi menimbulkan wabah. BBTKLPP Surabaya memberikan bantuan teknologi penyediaan air bersih di daerah bencana dan logistik berupa Chlorin diffuser 50 buah, abate 1 galon, dan kaporit 100% sebanyak 250 tablet.
Berdasarkan pengamatan kondisi di lapangan, perlu dilakukan advokasi terhadap instansi terkait tentang Teknologi Tepat Guna penyediaan air bersih. Bencana yang mengikuti pola musiman seperti banjir sampang ini seharusnya sudah dapat diantisipasi. Oleh karena itu, perlu diadakan sistem kewaspadaan dini dalam bentuk training ataupun simulasi.  Selain itu diperlukan pembangunan waduk, tanggul, normalisasi sungai, terrasiring, program kali bersih dan upaya mitigasi bahaya banjir secara terintegrasi.   
Sebagian besar wilayah Kabupaten Bojonegoro berada di DAS Bengawan Solo, menjadikannya rawan banjir. Meski tak sebesar banjir besar tahun 2007 lampau, banjir tahun ini tergolong parah. Pada tanggal 6 April 2013 volume air Bengawan Solo mulai meningkat, puncaknya terjadi luapan pada tanggal 9 April 2013. Lima belas kecamatan tergenang, termasuk 87 desa dan 22 pesawahan. 1850 – 2000 jiwa mengungsi dan 4 orang meninggal akibat terhanyut aliran sungai. Sebanyak 1260 buah sumur, sumber air bersih warga yang tercemar. 


Upaya penanggulangan bencana dari semua elemen masyarakat termasuk dinas kesehatan, dinas sosial, dan TAGANA cukup bagus. Terlihat dari kesiapan dinas kesehatan setempat membuka pos dukungan kesegaran 24 jam serta adanya pos kesehatan di pengungsian. Rapid Health Assesment (RHA) juga telah dilakukan. Distribusi logistik terutama makanan dan air minum cukup, baik untuk pengungsi maupun warga yang belum mengungsi. Logistik berupa: obat, kaporit, PAC, Aquatab, cukup tersedia. Lokasi pengungsian berada di gedung serba guna dengan kondisi yang baik.
Penyakit yang mungkin muncul akibat banjir antara lain diare, ISPA, penyakit kulit, dan DBD. Tim BBTKLPP Surabaya merekomendasikan terus dilakukan pemantauan serta mempertahankan kondisi sanitasi lingkungan di pengungsian yang sudah cukup bagus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar