Penanganan Bencana
Awal April 2013, beberapa daerah di
Jawa Timur diterjang banjir. Bencana tersebut tergolong besar karena
merenggut nyawa penduduk dan luasnya
daerah yang tergenang. Di Sampang tercatat 5 orang tewas dan 2 luka-luka.
Sedangkan di Bojonegoro, banjir menggenangi 15 kecamatan di bantaran Bengawan
Solo dan mengambil 4 nyawa. Tim berangkat ke lokasi tanggal 10 – 11 April 2013.
Di lapangan dilakukan identifikasi faktor risiko kejadian gangguan kesehatan
akibat banjir. Diantaranya dengan melakukan pengamatan kondisi sanitasi
lingkungan di pengungsian dan keadaan pemukiman warga, kondisi sumur warga,
identifikasi penyakit yang muncul pasca banjir, dan pemberian bantuan logistik.
Luapan Sungai Kemoning mulai
menggenangi Sampang Senin, 8 April 2013.
Banjir setinggi pinggang orang dewasa menggenangi 16 desa/kelurahan dan mengakibatkan 7 korban,
dimana 5 tewas dan 2 lainnya luka-luka. Banjir juga melumpuhkan akses utama
Sampang - Pamekasan. Banjir merupakan siklus tahunan yang terjadi setiap 11 tahun sekali. Namun banjir kali ini
dinilai sebagai banjir terparah.
Berdasarkan data dari Polindes dan
Puskesmas Kemoning dan Banyuanyar, penyakit akibat banjir yang muncul
diantaranya penyakit kulit dan diare. Dua penyakit tersebut berpotensi menimbulkan wabah.
BBTKLPP Surabaya memberikan bantuan teknologi
penyediaan air bersih di daerah bencana dan logistik
berupa Chlorin diffuser 50 buah, abate 1 galon, dan kaporit 100% sebanyak 250
tablet.
Berdasarkan pengamatan kondisi di
lapangan, perlu dilakukan advokasi terhadap instansi terkait tentang Teknologi
Tepat Guna penyediaan air bersih. Bencana yang mengikuti pola musiman seperti
banjir sampang ini seharusnya sudah dapat diantisipasi. Oleh karena itu, perlu
diadakan sistem kewaspadaan dini dalam bentuk training ataupun simulasi. Selain
itu diperlukan pembangunan waduk, tanggul, normalisasi
sungai, terrasiring, program kali bersih dan upaya mitigasi bahaya banjir
secara terintegrasi.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Bojonegoro
berada di DAS Bengawan Solo, menjadikannya rawan banjir. Meski tak sebesar
banjir besar tahun 2007 lampau, banjir tahun ini tergolong parah. Pada tanggal 6
April 2013 volume air Bengawan Solo mulai meningkat, puncaknya terjadi luapan
pada tanggal 9 April 2013. Lima belas kecamatan tergenang, termasuk 87 desa dan
22 pesawahan. 1850 – 2000 jiwa mengungsi dan 4 orang meninggal akibat terhanyut
aliran sungai. Sebanyak 1260 buah sumur, sumber air bersih warga yang tercemar.
Upaya penanggulangan bencana dari semua elemen masyarakat termasuk dinas
kesehatan, dinas sosial, dan TAGANA cukup bagus. Terlihat dari kesiapan dinas
kesehatan setempat membuka pos dukungan kesegaran 24 jam serta adanya pos
kesehatan di pengungsian. Rapid Health Assesment (RHA) juga telah dilakukan.
Distribusi logistik terutama makanan dan air minum cukup, baik untuk pengungsi
maupun warga yang belum mengungsi. Logistik berupa: obat, kaporit, PAC,
Aquatab, cukup tersedia. Lokasi pengungsian berada di gedung serba guna dengan
kondisi yang baik.
Penyakit yang mungkin muncul akibat banjir antara lain diare, ISPA,
penyakit kulit, dan DBD. Tim BBTKLPP Surabaya merekomendasikan terus dilakukan
pemantauan serta mempertahankan kondisi sanitasi lingkungan di pengungsian yang
sudah cukup bagus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar