Kamis, 25 Juli 2013

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT LEGIONELLOSIS BALI

Tanggal  07- 09 Mei 2013


           
          Berdasarkan informasi yang diperoleh dari  Ditjen PP & PL menyatakan bahwa ada seorang warga Negara bagian Westen Australia 31 th dirawat di rumah sakit Australia dengan gejala klinis pneumonia, hasil uji laboratorium dari sputum menyatakan positif  L. pneumophilla. Penderita tersebut berlibur di Bali mulai 13 – 20 April  2013 dan tinggal di Ramayana Resort & Spa, Kuta, Kab. Badung, Bali, kamar 838 dan tidak tinggal di lain hotel. Aktifitas selama di Bali antara lain berjalan - jalan di pusat perbelanjaan ( 1 jam ), mengunjungi matahari shoping center, mengunjungi  "Potato Ahead “, and "Cup de Tarte”  Restoran dan restoran lainya (tidak dapat diingat lagi). Serta menghindari percikan air yang selalu disekitarnya.
Berdasarkan berita tersebut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui  Ditjen PP & PL, bersama Konsultan WHO berkoordinasi dengan  BBTKLPP Surabaya, Dinkes Propinsi Bali, dan Balai Labkes Prop. Bali melakukan Penyelidikan Epidemiologi ke Ramayana Resort & Spa di mana turis dari Australia tersebut menginap.
Pelaksanaan Penyelidikan epidemiologi di Ramayana Resort & Spa pada tanggal 07 - 09 Mei 2013 dan Kuta SeaView Boutique Resort dan Spa ( sebagai kontrol )  tanggal 08 -  09 Mei 2013, dilakukan pengambilan sampel biomarker ( darah/serum, urine sputum ) dan air bersih.
Diharapkan melalui penyelidikan epidemiologi ini dapat diperoleh data dan informasi tentang faktor risiko potensial sebagai penyebab timbul dan penyebaran penyakit Legionellosis di Propinsi Bali serta upaya-upaya pengendalian agar tidak timbul lagi KLB Legionellosis.

Sabtu, 29 Juni 2013

Untuk Air Minum Berkualitas dan Terlindung di Indonesia

Assesment Pendahuluan Water Safety Plans

Air minum yang berkualitas dan terlindung menjadi kebutuhan dasar masyarakat dan merupakan salah satu strategi pencapaian tujuan MDGs ke 7.  Untuk itu, WHO meluncurkan program Water Safety Plans (WSP). Dalam kaitannya, WHO memilih dua daerah dari empat wilayah nominasi untuk dijadikan daerah percontohan WSP di Indonesia.

BBTKLPP Surabaya bersama dengan perwakilan WHO dan Direktorat Penyehatan Lingkungan Ditjen PPPL Kemenkes RI dan WHO melakukan pendampingan program Water Safety Plans. BBTKLPP Surabaya mendampingi daerah yang masuk dalam wilayah kerjanya, yaitu Kabupaten Lamongan, Malang, dan Sumba Barat. Kabupaten Demak, Jawa Tengah menjadi daerah di luar wilker yang menjadi nominasi.

Kegiatan pendampingan WSP di Lamongan diselenggarakan pada 22 Februari. Sasarannya adalah HIPPAM di Desa Deket  Agung, Kecamatan Sugio. Sedangkan di Malang diselenggarakan di Kecamatan Pagelaran. Sumber air di desa selatan Kabupaten Malang ini dikelola oleh Badan Pengelola Sarana Air Bersih dan Sanitasi (BPSAB dan S) WSLIC-2 Sumber Maron. Screening WSP di Sumba Barat diselenggarakan  pada  28 Februari - 2 Maret 2013 di Desa Homba Karipit, Kec. Kodi Utara kepada pengelola sumber air Badan Pengurus Sarana Air Bersih (BPSAB) Wai Kanuru Mopir.

Kegiatan pendampingan meliputi screening WSP di daerah nominasi berupa survei dan wawancara.  Tim WSP dibantu instansi pendukung dan stake holder mengumpulkan informasi mengenai pengelolaan air di daerahnya kepada organisasi pengelola sarana penyediaan air minum dan konsumsi air kepada masyarakat pengguna sarana penyediaan air minum. Screening didukung dinas provinsi, dinas kesehatan kabupaten, dan dinas PU setempat.

Informasi yang digali setidaknya meliputi dua aspek yaitu: aspek managemen dan teknis. Aspek managemen meliputi bagaimana pihak pengurus melakukan pengelolaan secara administrasi dan pendanaan, sedangkan aspek teknis meliputi bagaimana pihak pengurus mengolah kualitas air dengan menggunakan prinsip pengolahan air sesuai dengan permasalahan kualitas sumber air yang ada.

WSP merupakan program WHO untuk menjaga keamanan penyediaan air minum, mulai dari sumber, pengolahan, distribusi,  sampai terhidang dan siap diminum konsumen. Program meliputi kerjasama seluruh stake holder di bidang penyediaan air minum dan konsumen. Penerapan manajemen kualitas air minum yang baik diharapkan memberi daya ungkit pada pencapaian tujuan pembangunan millenium poin tujuh, yaitu mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat pada tahun 2015.